Jumat, 25 Februari 2011

kunjungan Tim BLUD RS Nunukan ke RS R. Syamsudin, SH. di Sukabumi


sebagian tim BLU RS Nunukan bersama direktur 2 rumah sakit
Dalam membangun rumah sakit Nunukan pihak manajemen RS telah menandatangani kontrak kerjasama dengan RSU R. Syamsudin, SH dalam hal kerjasama berbagai bidang terkait pelayanan rumah sakit terhadap konsumen. Pada kunjungan kerja direktur RS Nunukan 24 februari , dr. H. Rustam Syamsuddin didampingi dr. Seno Aji Wijanarko (ka.Instalasi Rawat jalan), Bpk. Ambo Asse, SE. (kasubag keuangan), Bpk. Budi (kasubag umum dan kepegawaian), dan Bpk. Bambang Apryanto, S.Kep, Ns (kepala Ruangan Operasi) mengambil penekanan pada solusi di alur pelayanan, pemasaran, sistem informasi Rumah Sakit (SIRS), pengadaan barang dan Jasa, pembinaan Sumber Daya Manusia, model praktek keperawatan professional (MPKP), komite keperawatan, format Asuhan Keperawatan (Askep), pengelolaan sistem keuangan Rumah sakit R. Syamsudin, SH. Kerjasama ini sangat penting dampaknya bagi penyempurnaan kinerja RS. Nunukan dalam jangka panjang.
Kunjungan kerja ini diterima langsung oleh dr. H. Suherman, MKM. didampingi staf RS R. Syamsuddin, SH antara lain bpk. Y. Rusyandi, SE, MM. dan dr. Asep. Mengantar langsung meninjau seluruh pelosok rumah sakit sebelum pendalaman materi di masing-masing bidang.
Kerjasama yang dimulai sejak 2008 lalu memberikan banyak kemajuan dalam hal operasional rumah sakit berupa pondasi regulasi yang kuat dalam bentuk peraturan Bupati  mengenai tata kelola keuangan Badan Layanan Umum Daerah, serta memberikan landasan kesadaran yang baik bagi level fungsional untuk semakin memperbaiki kinerjanya.
Kunjungan kerja ini juga dimaksudkan untuk memastikan perbaikan yang sedang dilakukan berjalan baik, mengevaluasi kelemahan yang ada untuk dikonsultasikan sehingga dapat dicarikan jalan keluarnya. Utamanya bagaimana cara memperbaiki paradigma pelayanan yang harus kami berikan menyongsong status BLUD yang akan diimplementasikan RSU Nunukan. (aji)
dalam ruang presidental RS R. Syamsudin Sukabumi

bersama karyawan gizi Outsourcing

di depan lobby Seruni; tampak keluarga pasen sedang berbincang santai

terapi okupasional yang dilakukan dokter terhadap pasien psikiatri



pengamanan RS Syamsudin yang anggun

tim BLUD RS Nunukan di depan ruang ICU

bersama di ruang Direktur RS R. Syamsuddin


beberapa bagian rumah sakit yang tua namun masih dapat digunakan dipertahankan sebagai "monumen" masa lampau

beberapa bagian rumah sakit yang tua namun masih dapat digunakan dipertahankan sebagai "monumen" masa lampau

Selasa, 01 Februari 2011

Wawasan Kesehatan Pribadi (sebuah ajakan berpikir bersama)*


Bismillahirohmanirrohim. Berkecimpung di dunia pemasaran Rumah sakit Nunukan mendorong saya mencari beberapa sumber bacaan_ yang termudah adalah dari internet (situs PERSI dan situs-situs lainnya). Dari beberapa bacaan itu kita utamanya di Indonesia dalam mengiklankan tidak boleh berlebihan dan terlalu dibesarbesarkan layaknya produk layanan lain. Alasannya sama, rumah sakit di samping berfungsi ekonomi utamanya adalah berfungsi sosial kemanusiaan utamanya, yang belakangan ini mulai bergeser  ke arah fungsi ekonomi  terkait (salah satunya) keterbatasan pemerintah dalam mendanai rumah sakit yang diimplementasikan dalam bentuk Rumah sakit sebagai Badan Layanan Umum (BLU). RS dengan status ini diharapkan ke depannya dapat mandiri, bergerak lebih bebas dalam memberikan pelayanan publik, bisa memenuhi kebutuhannya sendiri tanpa bergantung pada pemerintah pusat/ daerah. Dalam memperoleh “peningkatan pendapatan” RS yang dasar produknya Pelayanan tentu harus terkonsentrasi pada peningkatan produk Pelayanan tersebut.

Pandangan mengenai (kewajiban) peningkatan pelayanan dalam rangka perubahan status RSUD Nunukan telah lama bergulir sejak pertengahan 2008 (awal digunakannya bangunan baru RSUD Nunukan di daerah yang lebih terpencil). Berbagai protes atas beberapa kekurangan dalam kualitas pelayanan yang didasari keterbatasan kami seperti kurang tenaga, kurang modalitas penunjang, gaji perawat honor kecil (tercatat tahun 2008 hanya Rp600ribuan!), kondisi jalanan pada antara 2008-maret2010 rusak parah (sehingga pasen yang dibawa malah tambah sakitJ), etos kerja buruk, hingga kompetensi yang bertahun-tahun tidak diUpdate karena seringnya Pemda memotong dana tahunan. Saat masyarakat mulai menuntut perbaikan pelayanan justru posisi kami “dipersulit” keadaan. Hal ini telah kami kaji dan perbaiki berujung tingkat kepuasan masyarakat meningkat dengan catatan yang harus dibenahi ke depan.
Pandangan mengenai “kewajiban” peningkatan layanan yang menjadi tuntutan masyarakat ini semakin lama menjadi agak negative (setidaknya menurut saya).  Sehingga dalam implementasinya seolah beberapa “oknum” masyarakat merasa bahwa Rumah sakit harus memberikan pelayanan sehebat dan sehalus pegawai bank, rumah makan, bahkan pelayan hotel dan bertanggungjawab penuh atas keselamatan pasien tidak perduli seberapa kritis/ buruknya kondisi pasien saat dibawa. Ini Lucu… faktanya dalam beberapa kasus tampak seperti ini:
  1. pasien luka lecet,  karena keluarga pejabat harus didahulukan meskipun tampak jelas ada pasien meregang nyawa yang menyita penanganan dan perhatian lebih dahulu meskipun datang lebih lambat dari keluarga pejabat tersebut. Dalam laporan muncul pasen “tidak diperhatikan” , petugas medisnya acuh tak acuh.
  2. Pasien pengguna Surat keterangan tidak mampu (SKTM) minta dilayani di kelas VIP dan lolos karena sebuah telpon dari seorang pejabat.
  3. Minta di-visite setiap shift meski tidak ada keluhan.
  4. Pasien yang masuk kelas VIP ber-cost tinggi lalu menjelang pulang menyerahkan SKTM atau minta dibebaskan pembiayaannya berdasar sebuah “telepon sakti
  5. Dan lain-lain
Pada intinya, kami wajib meningkatkan pelayanan, namun peningkatan harus sesuai  proporsi berbasis empati dan tidak berlebihan. Kesehatan adalah tanggungjawab bersama bukan hanya tanggungjawab kami, namun tanggungjawab pribadi, keluarga, dan lingkungan pasien. Jika anda hidup cukup sehat bersanitasi dan hygiene-ria yang baik tentu mengurangi kunjungan ke rumah sakit untuk kasus yang berakhir kematian.  Dari penutup ini tentu anda mengerti yang kami maksudkan bahwa anda sakit bukanlah peran rumah sakit, dan kesembuhan anda sendiri bahkan tidak ditanggung rumahsakit 100%. Harus ada kerjasama antara pihak pasien dalam hal ini pengertiannya untuk mengijinkan kami bekerja professional (sesuai porsi kami); pihak rumah sakit dalam memberikan pelayanan optimal sesuai kompetensi, informed consent, dan modalitas yang ada; dan (last but not least) Tuhan Yang Maha Esa sebagai penentu kebijakan kesembuhan pasien.

Pada dasarnya tidak ada niatan kami untuk menterlantarkan apalagi mencelakakan pasien, apakah itu pasien anak? Sebagian besar kami punya anak; apakah pasien orang tua? Kami tak akan hadir dan besar di dunia ini tanpa orangtua; pasien terlantar? Siapa dari kami yang sudi diterlantarkan? Semua jenis pasien mulai dari anak hingga terlantar kami miliki dasar empatinya_kami bisa rasakan penderitaannya.
Semua kritik sangat bermanfaat bagi kami RS Nunukan khususnya dan bagi semua Rumah sakit pada umumnya, silahkan sampaikan keluhan anda lewat jalur Humas/ pemasaran rumah sakit demi Indonesia Lebih Sehat tahun-tahun mendatang.
Kritik dan saran sangat diharapkan
(untuk saya, keluarga, semua teman baik dan pasen kami, serta pemerhati solusi (bukan masalah) kesehatan;  terima kasih kanda dr. Hatta)
*)adalah cara pandang seseorang mengenai kesehatan diri, keluarga dan lingkungannya

penulis adalah kepala instalasi rawat jalan RSU Nunukan,  ketua pokja pemasaran RSU Nunukan, dan pemerhati manajemen kesehatan